Showing posts with label Kosmologi. Show all posts




- ABJ Televisine Unproudly Present - 


Sebuah contoh kisah orang meninggal yang insha allah khusnul khotimah. Jaga sholatmu, dirikanlah zakarmu pada waktunya and keep keep anyway kade paeh anywhere anytime!

***
Abu Jahal Foundation
- 2019 -




CHORD EFEK RUMAH KACA DI UDARA

[intro] Am F 2x
Am    F
Aku sering diancam
Am     F
juga teror mencekam
Am       F
Kerap ku disingkirkan
Am        F
sampai di mana kapan

Am
Ku bisa tenggelam di lautan
F
Aku bisa diracun di udara
Am                           F
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan

[chorus]
  F   C      G      Am
tapi aku tak pernah mati
    F    Em    Am
Tak akan berhenti

[intro] Am F 2x

Am      F
Aku sering diancam
Am     F
juga teror mencekam
Am
Ku bisa dibuat menderita
F
Aku bisa dibuat tak bernyawa
Am                            F
di kursi-listrikkan ataupun ditikam

F      C     G      Am
Tapi aku tak pernah mati
    F    Em    Am
Tak akan berhenti
F      C     G      Am
Tapi aku tak pernah mati
    F    Em    Am
Tak akan berhenti

[intro] Am F 2x

Am
Ku bisa dibuat menderita
F
Aku bisa dibuat tak bernyawa
Am                            F
di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Am
Ku bisa tenggelam di lautan
F
Aku bisa diracun di udara
Am                           F
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan

[chorus]
F      C     G      Am
Tapi aku tak pernah mati
    F    Em    Am
Tak akan berhenti




CHORD EFEK RUMAH KACA BUKAN LAWAN JENIS
[intro] F#m E C#m B

F#m E         C#m        B
aku bertemu kamu dalam gelap
F#m E          C#m      B
aku menuntunmu menuju terang
       F#m  E   C#m        B
menuju terang dari gelap malam

F#m E             C#m        B
kamu simpan gambarku dalam hati
       F#m E      C#m        B
dalam mimpi   dan di dalam hati
       F#m E      C#m        B
dalam mimpi   dan di dalam hati


[chorus]
E   Em      B
aku takut kamu suka pada diriku
E     Em     D     C#m    C       Bm
karna memang aku bukanlah lawan jenismu

D C#m
F#m E C#m B

F#m       E
kita bertemu muka lagi
      C#m           B
hanya menatap tanpa bahasa
      F#m          E
tanpa isyarat memendam tanya
             C#m         B
masihkah aku di dalam mimpimu

[chorus]
E   Em      B
aku takut kamu suka pada diriku
E     Em      B
karna memang aku bukanlah lawan jenismu
E    Em     B
maaf aku pernah mengisi relung hatimu
E     Em     D     C#m    C       Bm    D C#m
karna memang aku bukanlah lawan jenismu

[intro] F#m E C#m B 4x (fade out)



Suatu kesempatan Jason Ranti atau yang akrab disapa Jeje di minta untuk tampil di acara Tribute to Sapardi Djoko. Namun sayang, Jeje merasa tidak yakin dan mampu jika harus menyanyikan musikalisasi puisi seperti “Ari Reda”. Solois yang namanya semakin banyak dikenal ini memilih untuk menyanyikan lagu ciptaanya sendiri yang berjudul “Lagunya Begini Nadanya Begiitu”.
Nah begini liriknya:

 - Lagunya Begini Nadanya Begitu -

“Berlayar ke Depok diwaktu pagi hari
Sambil menulis lirik untuk lagu Pop
Bilangnya begini maksudnya begitu
Kita abadi yang fana itu waktu
Barangkali hidup adalah waktu yang panjang
Tapi oh sayang doanya harus seragam
Karena tak dapat ku ungkapkan kata yang paling cinta
Ku pasrahkan saja di dalam Dia
...
Aku tak ingin menangis menerka gerimis
Disepanjang lorong itu aku tak ada nyali
Oh Pak Sapardi...
Aku ingin ngopi dengan sederhana
Di Bulan Juni...
Dengan murid cantikmu di UI
...
Ada berita apa hari ini Dian Sastro
Hidungmu abadi nyaris seperti puisi
Lagunya begini nadanya begitu
Maknanya tak ada mirip seperti pejabat
Ternyata hatiku hanya selembar daun
Ah sialan ku mudah terombang-ambing
Tapi ku tahu Tuhan kan merawat segalanya
Sebab katanya Jakarta itu kasih sayang
...
Aku tak ingin menangis menerka gerimis
Disepanjang lorong itu aku tak ada nyali
Oh Pak Sapardi...
Aku ingin ngopi dengan sederhana
Di Bulan Juni...
Dengan murid cantikmu di UI
...
Hei Pak Sapardi
Woyo..
...
Terus terang belakangan ku ingin jadi penyair
Karang senjata lawan Taufik Ismail
Bolak-balik seven eleven ku tulis syair
Sebab disana kurasa sangat spirituil
Ku tak bisa nulis yang indah
Dan berbunga-bunga
Yang ku ingin langsung saja menikam dihati
Ku tak rela kau menangis
Menerka gerimis disepanjang lorong itu
Aku tak sanggup lagi
...
Oh Pak Sapardi...
Lihat Ari Reda jualan tiet di Cikini
Bikin konser mini merayakan puisi
Oh Pak Sapardi...
Do’a kami kirim dari sini
Cinta kami beri Cuma-cuma
Do’a kami kirim dari sini”...

___



Bandung, 20 Ramadhan 1230 H
Pidi Baiq, namanya kini sangat dikenal diberbagai elemen masyarakat generasi milenial, tingkat kepopuleranya pun kian melambung tinggi, tapi tentu berbeda dengan Kan'an dan Malin Kundang yang terkenal karena durhaka. Pidi Baiq dikenal karena karyanya, meskipun hidup dengan kepopuleran sedemikian rupa, ia mengaku tetap konsisten menjadi ikan air tawar yang merasa tidak pantas untuk pindah ke lautan yang luas dan indah ikannya warna-warni. Ohh sungguh, aku ini percaya tak percaya kepadamu, pak Haji!?. Tapi baiklah, harus ku akui, dibalik segala tingkah absurd dan kejenakaanya, beliau adalah sosok yang sangat cerdas dan jenius, uwoww! Itu terbukti dari berbagai karya serta pencapaianya hingga saat ini, selain itu beliau adalah seorang Imam Besar The Panasdalam dan sudah Haji, subhanallah. Aktif bermusik bersama The Panasdalam Bank dan telah menciptakan banyak sekali lagu sampai lupa lagi liriknya karena harus fokus ingat kepada Allah, katanya. 

Dari sekian banyak lagu yang telah di tulisnya bersama The Panasdalam Bank, ada satu lagu yang mampu membuat saya bergetar-getar saat mendengarnya, menggelengkan kepala dan berkata, "Andejing, lagu yang sangat keren!". Judulnya Manahemana, hmmm... apalah itu, aku juga tidak mengerti artinya, Pidi Baiq memang pandai mengotak-atik kata dan makna.

Manahemana, begini liriknya:

Ini apakah namanya
baru ku merasa dilanda bermilyar rasa meluas angkasa
umpama hujan airi kemarau yang lama
maka hidup baru kini tenang cuaca

Sehebat apapun… dilanda begini
musnahlah semua… mampuslah diriku
“hmm malam-malam aku datang menemuimu…
kepala batu mencair membasahi suratmu
menguap menjadi gerimis di pagi hariku”

Aku akui adamu kuasai aku
ada pada segala arah… ku seru namamu
apakah sebab dirimu baik selalu
menempatkan aku pada rindu melulu

Inilah debumu… kembali padamu
sambutlah diriku hanya kau tentramku
apalah diriku, apalah hidupku
apalah semua, apalah tanpamu

Inilah keningku ku rebah bagimu
benamkan sombongku, benamkan angkuhku
tanpa diriku… engkau tetap engkau
diriku tanpamu mampuslah diriku
. . .
“saat aku rindu kepadamu, aku pejamkan mataku…
menemuimu yang selalu menungguku, jauh di dalam diriku”
Begitulah lirik lagunya, Manahemana, awalnya memang, aku fikir ini adalah lagu cinta. Tapi setelah aku mendengarkannya berkali-kali, ternyata benar ini memang lagu cinta yang tingkat kecintaannya sudah mencapai pada level tertentu. Sebuah ungkapan kecintaan yang melebih batas gelombang gombalan manusia pada umumnya. Satu persatu dari lirik lagu ini mengandung unsur-unsur bahasa yang seperti sengaja dibuat untuk membawanya menuju arah keTauhhidan. Ehh, atau gimana ya? mungkin gitulah, iyah. Dengan segala keterbatasan pemahaman, saya juga belum sampai kepada level seperti itu. Sungguh, penggunaan bahasa yang indah dengan kedalaman makna yang luas. Lirik-lirik lagu yang ditulis Pak Haji emang suka gitu, terkesan asal dan ceplas-ceplos, ahh shiiit. Kau perlu mendengarkannya berkali-kali untuk bisa menikmatinya dan mengangguk-angguk untuk setuju pada akhirnya. Bagaimana? "iyah, okelah". Tapi persepsi masing-masing kan berbeda, masa gitu aja gak ngerti sih! Biarlah semua berjalan seperti seharusnya, seperti aku yang sedang bernafas bebas dan menikmati teh hangat malam ini. Ohh, Manahemana~

'212' ANGKA KERAMAT WIRO SABLENG
gambar oleh @_asoy
"FASIS dan SOSIALIS memang sangat bersebrangan, namun jika disatukan amat sangatlah berbahaya, tetaplah waspada". . . 

Yang saya tahu 212 itu adalah angka keramat Wiro Sableng, angka yang disemat oleh eyang guru Sinto Gendeng sebagai simbol pada diri Wiro Sableng dalam memberantas kejahatan, menegakan keadilan, menyebar perdamaian, serta menghilangkan permusuhan dan kebencian. Angka 212 tersemat pada dada Wiro Sableng secara paten dan sepertinya tidak bisa di hapus. Selain itu yang saya tahu, di dalam angka 212 tersebut memiliki filosofi yang dalam tentang hakikat kehidupan, dimana pada kehidupan ini terdapat dua unsur yang berlainan namun merupakan pasangan yang tak dapat terpisahkan, ada dual hal diantara satu. Menurut kisahnya, tidak diketahui jelas Wiro Sableng beragama apa, atau bisa jadi Wiro Sableng seorang muslim atau nasrani, atau hindu atau budha atau bahkan bisa saja tak beragama, tapi bagi saya itu tidak penting. Karena yang saya tahu pasti, Wiro Sableng merupakan salah satu dari tokoh golongan putih yang senantiasa menebar benih perdamaian pada setiap tapak pengembaraannya dimasa lalu.
Mendapat kabar dari berbagai sumber media, bahwa angka keramat 212 telah terdengar kembali. Ada sekelompok manusia yang menyemat angka tersebut sebagai simbol aksi super damai atas nama pembelaan terhadap bangsa dan agamanya, jika begitu saya berharap mudah-mudahan saja benar begitu. Namun jika nyatanya ada hal lain yang tidak diinginkan terjadi dibalik angka 212 tersebut, bagiku adalah merupakan suatu bentuk penistaan terhadap Wiro Sableng dan ajaran eyang guru Sinto Gendeng. Saya tidak tahu pasti apakah wiro sableng akan kembal atau tidak, tetapi jika hal-hal lain yang tidak diinginkan itu terjadi, saya rasa ada kemungkinan besar wiro sableng akan kembali atas nama kebenaran dan perdamaian sesama manusia. Kita tunggu saja sampai waktunya tiba, saya tidak ingin berbicara banyak terkait itu, karena capek dan sayanya juga males. Jika silaing masih penasaran dengan angka keramat 212 Wiro Sableng, sila baca saja postingan sebelumnya! Bilahitaufiq Wal Hidayah. . .

Yogyakarta, 1 Desember 2016



Pendekar Kapak Maut Naga Geni “212” Wiro Sableng
 Karya: Bastian Tito


Siapa yang tak kenal Wiro Sableng? Pasukan era tahun 80-90 an sudah barang tentu mengenal sosok pendekar sableng yang sakti mandraguna ini. Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 atau lebih dikenal Wiro Sableng ini merupakan tokoh fiksi serial novel yang ditulis oleh Bastian Tito sekitar tahun 1989 dan 1994, namun ada pula yang mengatakan bahwa kisah Wiro Sableng benar-benar ada dan nyata, bisa jadi, tapi aku tidak tahu pasti. Kisah Wiro Sableng yang di tulis oleh Bastian Tito ini, bagiku sangatlah menarik, karena kisahnya berkaitan dengan legenda zaman dulu di Nusantara.

Sejak ribuan tahun silam, peradaban di nusantara telah terbentuk. Fakta dan legenda senantiasa mewarnai peradaban di Indonesia. Negri yang kaya akan budaya dan keragaman ini justru memberikan warna tersendiri, sehingga melahirkan perbedaan diantara satu daerah dengan daerah lainya. Mitos, legenda dan cerita rakyat yang terkait dengan peradaban nusantara hingga sekarang masih banyak di percaya oleh masyarakat Indonesia, baik masyarakat tradisional atau pun modern. Termasuk legenda ataupun mitos tentang para pendekar yang termashur di Nusantara masih dikenal sampai sekarang dan keberadaannya pun dijaga oleh masyarakat sehingga menjadi sosok yang dihormati dan disegani.

Okey, kita kembali ke Wiro Sableng. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana sejak bayi, menurut cerita yang ditulis oleh Bastian Tito, orang tua wiro telah dibunuh oleh seseorang yang yang sirik berat. Tapi, kala itu Wiro berhasil di selamatkan oleh Eyang Sinto Gendeng, atau Sinto Geni atau Sinto Gilan dan di bawa ke puncak Gunung Gede. Sejak saat itu pula Wiro diasuh olehnya, Wiro diangkat menjadi murid Eyang Sinto Gendeng, digembleng dan dilatih keras selama 17 tahun sehingga dewasa jadilah Wiro yang sakti dan berilmu tinggi. Setelah itu Wiro diizinkan untuk turun gunung, misi pertamanya adalah menuntut balas kematian kedua orang tuanya. Sampai akhirnya Wiro Sableng banyak dikenal oleh tokoh dunia persilatan, baik golongan putih maupun golongan hitam.

Wiro Sableng memiliki karakter suka bercanda dan cendrung selengean, namun Wiro adalah sosok yang baik hati dan suka menolong yang lemah. Dalam menjalankan tugas mulia untuk menumpas segala bentuk kejahatan menjadikan Wiro banyak dimusuhi oleh tokoh persilatan golongan hitam, namun tak sedikit pun Wiro gentar menghadapinya dan tetap istiqomah dalam menjalankan tugasnya untuk memusnahkan kejahatan di muka bumi, dan menegakan kebenaran, Edan!

Dalam penulisan kisah Wiro Sableng ini, Alm. Bastian Tito aku kira tidak hanya sekedar mengarang cerita saja, tetapi banyak sekali makna kehidupan yang disampaikan didalamnya. Wiro adalah seorang pendekar yang mempunyai senjata pamungkas bernama Kapak Maut Naga Geni 212 dan memiliki rajah "212" di dadanya. Kenapa angkanya harus “212”?... kenapa tidak 008 atau 007 atau 69 atau angka-angka yang lainya, kenapa coba?. Karena pada dasarnya, dari angka keramat 212 Wiro Sableng, Alm. Bastian Tito menyampaikan pemahaman yang amatlah sangat dalam mengenai makna dan falsafah kehidupan.

Angka ‘212’ Wiro Sableng memiliki makna didalam kehidupan, karena pada setiap diri manusia terdapat dua unsur. Kita terlahir dengan memiliki dua tangan, dua kaki dan tubuh yang satu. Kita juga memiliki dua mata, dua telinga dan kepala yang satu, serta dua lubang hidung dengan hidung yang tetap satu. Untuk kita yang laki-laki tentu mempunyai dua telur dan satu burung. Selain itu, pada kehidupan juga ada kematian, ada terang maka ada gelap, ada hitam dan ada putih, ada siang dan malam, serta segala sesuatu yang ada di bumi terdiri atas dua bagian yang berlainan namun merupakan pasangan yang semua itu tidak dapat terpisahkan. Tetapi, pada dasarnya semua tercipta oleh satu dzat yang Maha Menciptakan, yaitu DIA yang esa. 

Pemahaman mengenai adanya dua bagian dalam kehidupan diatas aku kira berkaitan dengan pemikiran dualisme. Menurut Om Wiki, Dualisme merupakan konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zaman Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang (bagian dari budi atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik. Jika dikaji lebih dalam lagi tentu kita akan pusing, maka aku kira lebih baik tidak perlu, atau silakan kaji sendiri saja, aku mah pusing.

Pada intinya, angka “212” Wiro Sableng ini akan mengantarkan kita kepada kesimpulan bahwa diantara ‘dua itu ada satu’, satu kebenaran yang hakiki, DIA lah dzat yang Maha Esa. Mungkin inilah alasan mengapa Alm. Bastian Tito menyematkan angka 212 pada Wiro Sableng, tidak lain adalah untuk menyampaikan pemahaman kepada kita semua megenai makna dan falsafah kehidupan ini yang dikemas oleh kisah seorang pendekar sableng yang sakti bernama Wiro Sableng murid Sinto Gendeng. Gurunya sableng, muridnya gendeng, wew!

Untuk memahami hal lain dibalik kisah Wiro Sableng dan angka ‘212’ sila baca sendiri buku karya Bastian Tito tersebut, atau simak filmnya secara seksama dan dalam tempo yang santai saja. Semoga bermanfaat, tetaplah berbuat baik dimana pun berada, mari kita!

Thoba Husain, Yogyakarta 8 September 2016 Masehi

Dewan Periklanan Masyarakat

Total Pageviews